SEJARAH
BIMBINGAN DI AMERIKA
Terdapat
beberapa faktor yang mendorong perkembangan gerakan bimbingan, sampai mendapat
di instansi pendidikan sekolah, yaitu :
1. Perhatian
terhadap para imigran yang dating ke Amerika dari kawasan Eropa dan membutuhkan
pekerjaan yang layak. Dalam kehidupan
ekonomi yang sulit mereka dilayani oleh biro – biro vokasional untuk
mendapatkan pekerjaan yang sesuai kemampuan dan minat serta dapat memberikan
kepuasan. Lama kelamaan pelayanan bimbingan ini diintegrasian pada sekolah
supaya siswa dapat mempersiapkan diri memasuki dunia pekerjaan.
2. Lembaga
– lembaga pendidikan dituntut untuk
memberikan pendidikan moral kepada generasi muda supaya kelak supaya menjadi
warga masyarakat yang bermoral baik.
3. Pengaruh
dari gerakan kesehatan mental yang biasanya memperjuangkan kemanusiawian
terhadap mereka yang ditampung dalam rumah sakit jiwa dan kemudian memperluas
untuk membantu warga masyarakat lain yang mengalami gangguan mental karena
gangguan itu mudah diobati bila diidentifikasi sejak awal dan pada umur muda
4. Perubahan
sosial dalam masyarakat akibat dari perang dunia dua,resesi ekonomi,
pengangguran, undang – undang wajib belajar,tumbuhnya kota besar dan kemajuan
teknologi. Semakin banyak siswa yang harus didampingi supaya sesuai dengan
suatu program studi dan memperjuangkan hidupnya di suatu masyarakat yang
semakin kompleks.
5. Dampak
dari gerakan testing psikologis yang semakin mengembangkan tes – tes sebagai
yang diandalkan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai aspek dalam kepribadian
seseorang. Perlunya mengenal individu dengan mengumpulkan data dengan cara yang
tepat.
6. Subtitusi
finansial dari pemerintah federal yang memungkinkan sekolah – sekolah untuk
mengangkat beberapa konselor sekolah.
7. Pengaruh
dari nondirektif ( clien cenfered
therapy ) yang dikembangkan oleh Carl Rogers dan menggantiakan pendekatan
otoriter serta paternalistik dengan menekankan daya kreatif.
Berkat
pengaruh positif dari semua factor itu pelayanan ditambahkan dan dikembangkan
mulai dari pelayanan bimbingan jabatan di luar lingkup pendidikan sampai
pelayanan bimbingan di sekolah, yang mencakup bukan hanya bimbingan jabatan
melainkan pula bimbingan dalam belajar dan bimbingan dalam hal – hal yang
menyangkut diri sendiri serta pergaulan dengan orang lain. Kalau mulanya
bimbingan di sekolah sebagai tambahan program studi lama kelamaan menjadi
bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang diikuti oleh anggota
staf tenaga pendidikan yang terkeal yaitu
Ø George
Neriil, ,menulai usaha bimbingan di San Fransisco tahun 1895.
Ø Frank
Parsons, mengelola biro konsultasi jabatan Buston tahun 1908 dan sebagai
pelopor memberikan jabatan secara sistematis dan terencana.
Ø Enoch
Gowin dan William wheatly menerbitkan buku mengenai bimbingan di sekolah tahun
1916.
Ø Edmund
G. Williamson, menerbitkan buku How to
Council Students pada tahun 1939.
Ø Carl
Rogers, menerbitkan buku counseling and
Psycbotberapy pada tahun 1942.
Ø Leona
Tyler, menerbitkan karyanya yang terkenal The
Work of the Counselor pada tahun 1969.
Beberapa organisasi profesional seperti The National Vocational Guidance
Association, didirikan pada tahun 1913 dan The American Personnel and Guidance, didirikan pada tahun 1952
terdiri dari 13 devisi. Berkaitan dengan diskusi tentang relevansi penggunaan “
guidance” yang telah menimbulkan penafsiran lain tahun 1983 nama American Personnel and Guidance Association diubah
menjadi American Association for Counseling
and Developmen. Kemudian istilah counseling
memiliki arti yang sangat luas. Dalam perkembangan seanjutnya nama asosiasi itu
diubah menjadi American Counseling
Association pada tahun 1992 dengan 17 devisi.
SEJARAH BIMBINGAN DI INDONESIA
Kegiatan
“bimbingan” pada hakekatnya telah berada dalam sebuah kehidupan dan perjuangan
bangsa Indoneisa tetapi belum berkembang secara dasar filsafah Pancasila
sebelum Kemerdekaan.
Masa
sebelum kemerdekaan yaitumasa penjajahan Belanda dan Jepang. Pendidikan
diselenggarakan untuk kepentingan penjajah dan tujuan pada masa itu yaitu
menghasilkan manusia yang mengabdi pada penjajah. Akan tetapi rasa nasionalisme
rakyat Indonesia sangat besar sehingga upaya penjajah mengalami hambatan.
Rakyat Indonesia memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui pendidikan
salah satunya Taman Siswa yang dipelopori oleh K.H Dewantara. Falsafah dasarnya
yaitu “ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani”.
Disamping itu lembaga pendidikan dipesantern lebih menekankan upaya
memendirikan para santri sebagai manusia yang beragama, berpribadi, bersosial,
dan berbudaya.
Dekade 40-an : perjuangan
Dekani ini rakyat Indonesia
memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Dengan modal kemerdekaan
bangsa Indonesia menunjukan bangsa yang mandiri meskiun bangsa Indonesia masih
berjuang keras untuk eksistensi dirinya. Dalam dekade ini lebih memperjuangkan
kemerdekaan melalui pendidikan. Setelah itu pendidikan mulai di tata Mentri PPK
yaitu K.H Dewatara. Masalah kebodohan dan keterbelakangan merupakan masalah
yang besar tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar
memahami dirinya sendiri sebagai bangasa yang merdeka.
Dekade 50-an : Perjuangan
Menjelang dekade 50-an pengakuan
kedaulatan terhadap Indonesia tercapai. Akan tetapi bengsa Indonesia masih
harus menghadapi tantangan yang amat besar terutama dalam bidang pendidikan
yaitu bagimana memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat
Indonesia. Tahun 1950 keluar perubahan kurikulum yang pertama ( rencana
pembelajaran ) sebagai penyempurnaan dari rencana pembelajaran thun1946 dan
1947, tahun 1952 keluar UU Pokok Pendidikan (No 4/50) dan No 12/1956 tahun 1951
tentang Pengelolaan SD oleh Departemen Dalam Negri. Upaya untuk membantu siswa
supaya berprestasi lebih banyak dilakukan oleh para guru dikelas atau diluar.
Banyak orang tua yang enggan menyekolahkan anaknya dan banyak pula anak yang
putus sekolah dikarenakan kehidupan social ekonomi yang dipengaruhi oleh kehidupan
kolonial. Pendekatan bimbingan sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan
ini.
Dekade 60-an : Perintisan
Memasuki
dekade 60-an situasi politik kurang begitu menguntungkan. Pemberontakan G30S /
PKI tahun 1965. Akan tetapi lahir pula orde baru tahun 1966 yang meluruskan dan
menegakkan kea rah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional.
Beberapa
peristiwa penting dalam bidang pendidikan diantaranya :
Ø Ketetapan
MPRS tahun 1966 tentang Dasar Pendidikan Nasional
Ø Layanan
kurikulum 1968
Ø Lahirnya
jurusan Bimbingan dan Konseling di IKIP tahun1963
Keadaan diatas
memberikan tantangan bagi keperluan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah
sebagai salah satu kelengkapan sistem.
Beberapa
upaya perintisan yang telah dilakukan antara lain :
Ø Anjuran
untuk sekolah – sekolah melaksanakan Bimbingan dan Konseling
Ø Dibuanya
jurusan Bimbingan dan Konseing pada beberapa IKIP
Ø Gerakan
memasyarakatkan perlunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Ø Publikasi
kepustakaan yang berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling
Dekade
70-an : Penataan
Dalam dekade ini bimbingan
diupayakan aktualisasinya melalui penataan legalitas sistem, konsep dan
pelaksanaannya. Pembangunan diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan
yaitu (1) pemerataan kesempatan belajar, (2) mutu, (3) relevansi, dan (4)
efisiensi.
Dalam dekade ini banyak dilaksanakan
sebagai inovasi pendidikan seperti :
Ø Proyek
Printis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada IKIP Indonesia
Ø Kelahiran
kurikulum 1975 yang dipandang lebih relevan disbanding kurikulum 1968
Ø Peningkatan
mutu guru
Ø Pengembangan
buku teks
Ø Pengembangan
sistem seleksi ke perguruan tinggi
Keadaaan
diatas memberikan tantangan dan peluang untuk upaya penataan bimbingan baik
dalam aspek konseptual maupun operasional, beberapa upaya kegiatan penataan
bimbingan selama dekade ini antara lain :
Ø Pemantapan
layanan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kurikulum 1975
Ø Kegiatan
penataan bagi berbagai pihak yang terlibat dengan bimbingan dan konseling mulai
dari tingkat nasional sampai daerah
Ø Pemantapan
kurikulum jurusan bimbingan dan konseling pada LPTK
Ø Mulai
dibuka program Pasca Sarjana untuk bimbingan dan konseling di IKIP Bandung
tahun 1977
Kegiatan di atas dapat
di katakan sebagai upaya secara konseptual maupun secara operasional
Dekade 80-an : Pemantapan
Dekade 80-an ini di upayakan agar mantap. Pemantapan di
upayakan pada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an yang
telah memasuki repelita III, IV, dan V. repelita pada dekade ini lebih
menekankan dihasilkannya manusia pembangunan yang lebih mandiri yang peka
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pertumbuhan bangsa.
Beberapa upaya peningkatan dalam pendidikan antara lain :
Ø Penyempurnaan
kurikulum ( dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 )
Ø Penyempurnaan
seleksi mahasiswa baru
Ø Profesionalitas
tenag pendidikan dalam berbagai tingat dan jenis
Ø Penataan
perguruan tinggi baik swasta maupun negri
Ø Pelaksanaan
wajib belajar
Ø Pembukaan
Universitas Terbuka sebagai sarana perluasan sarana belajar
Ø Lahirnya
Undang Undang Pendidikan Nasional (UUPN)
Dalan
dekade ini bimbingan perlu dimantapkan secara professional dan proposional
Beberapa
upaya yang dilaksanakan antara lain :
Ø Upaya
penerangan bimbingan terpadu dalam pegnelola dan layanan
Ø Penekanan
bimbingan karir dalam keseluruhan layanan bimbingan baik di sekolah maupun di
luar sekolah
Ø Penyempurnaan
sistem penataran para petugas lapangan
Ø Penyempurnaan
kurikulum jiwa bimbingan dan konseling yang telah mengaruh kepada pencapaian
kompetensi professional
Ø Penataan
dan peningkatan Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ø Penyelenggaraan
seminar dan lokakarya yang lebih professional baik tingkat nasional maupun
internasional
Maka
dalam dekade 80-an dan selanjutnya bimbingan dan konseling akan semakain mantap
posisinya dalam bidang pendidikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar