Selasa, 04 Desember 2012

sejarah BK di amerika dan indonesia


SEJARAH  BIMBINGAN DI AMERIKA
Terdapat beberapa faktor yang mendorong perkembangan gerakan bimbingan, sampai mendapat di instansi pendidikan sekolah, yaitu :
1.      Perhatian terhadap para imigran yang dating ke Amerika dari kawasan Eropa dan membutuhkan pekerjaan  yang layak. Dalam kehidupan ekonomi yang sulit mereka dilayani oleh biro – biro vokasional untuk mendapatkan pekerjaan yang sesuai kemampuan dan minat serta dapat memberikan kepuasan. Lama kelamaan pelayanan bimbingan ini diintegrasian pada sekolah supaya siswa dapat mempersiapkan diri memasuki dunia pekerjaan.
2.      Lembaga – lembaga  pendidikan dituntut untuk memberikan pendidikan moral kepada generasi muda supaya kelak supaya menjadi warga masyarakat yang bermoral baik.
3.      Pengaruh dari gerakan kesehatan mental yang biasanya memperjuangkan kemanusiawian terhadap mereka yang ditampung dalam rumah sakit jiwa dan kemudian memperluas untuk membantu warga masyarakat lain yang mengalami gangguan mental karena gangguan itu mudah diobati bila diidentifikasi sejak awal dan pada umur muda
4.      Perubahan sosial dalam masyarakat akibat dari perang dunia dua,resesi ekonomi, pengangguran, undang – undang wajib belajar,tumbuhnya kota besar dan kemajuan teknologi. Semakin banyak siswa yang harus didampingi supaya sesuai dengan suatu program studi dan memperjuangkan hidupnya di suatu masyarakat yang semakin kompleks.
5.      Dampak dari gerakan testing psikologis yang semakin mengembangkan tes – tes sebagai yang diandalkan untuk mendapatkan informasi tentang berbagai aspek dalam kepribadian seseorang. Perlunya mengenal individu dengan mengumpulkan data dengan cara yang tepat.
6.      Subtitusi finansial dari pemerintah federal yang memungkinkan sekolah – sekolah untuk mengangkat beberapa konselor sekolah.
7.      Pengaruh dari nondirektif (  clien cenfered therapy ) yang dikembangkan oleh Carl Rogers dan menggantiakan pendekatan otoriter serta paternalistik dengan menekankan daya kreatif.
Berkat pengaruh positif dari semua factor itu pelayanan ditambahkan dan dikembangkan mulai dari pelayanan bimbingan jabatan di luar lingkup pendidikan sampai pelayanan bimbingan di sekolah, yang mencakup bukan hanya bimbingan jabatan melainkan pula bimbingan dalam belajar dan bimbingan dalam hal – hal yang menyangkut diri sendiri serta pergaulan dengan orang lain. Kalau mulanya bimbingan di sekolah sebagai tambahan program studi lama kelamaan menjadi bagian integral dalam keseluruhan program pendidikan yang diikuti oleh anggota staf tenaga pendidikan yang terkeal yaitu
Ø  George Neriil, ,menulai usaha bimbingan di San Fransisco tahun 1895.
Ø  Frank Parsons, mengelola biro konsultasi jabatan Buston tahun 1908 dan sebagai pelopor memberikan jabatan secara sistematis dan terencana.
Ø  Enoch Gowin dan William wheatly menerbitkan buku mengenai bimbingan di sekolah tahun 1916.
Ø  Edmund G. Williamson, menerbitkan buku How to Council Students pada tahun 1939.
Ø  Carl Rogers, menerbitkan buku counseling and Psycbotberapy pada tahun 1942.
Ø  Leona Tyler, menerbitkan karyanya yang terkenal The Work of the Counselor pada tahun 1969.
Beberapa organisasi profesional seperti The National Vocational Guidance Association, didirikan pada tahun 1913 dan The American Personnel and Guidance, didirikan pada tahun 1952 terdiri dari 13 devisi. Berkaitan dengan diskusi tentang relevansi penggunaan “ guidance” yang telah menimbulkan penafsiran lain tahun 1983 nama American Personnel and Guidance Association diubah menjadi American Association for Counseling and Developmen. Kemudian istilah counseling memiliki arti yang sangat luas. Dalam perkembangan seanjutnya nama asosiasi itu diubah menjadi American Counseling Association pada tahun 1992 dengan 17 devisi.















SEJARAH BIMBINGAN DI INDONESIA
Kegiatan “bimbingan” pada hakekatnya telah berada dalam sebuah kehidupan dan perjuangan bangsa Indoneisa tetapi belum berkembang secara dasar filsafah Pancasila sebelum Kemerdekaan.
Masa sebelum kemerdekaan yaitumasa penjajahan Belanda dan Jepang. Pendidikan diselenggarakan untuk kepentingan penjajah dan tujuan pada masa itu yaitu menghasilkan manusia yang mengabdi pada penjajah. Akan tetapi rasa nasionalisme rakyat Indonesia sangat besar sehingga upaya penjajah mengalami hambatan. Rakyat Indonesia memperjuangkan kemandirian bangsa Indonesia melalui pendidikan salah satunya Taman Siswa yang dipelopori oleh K.H Dewantara. Falsafah dasarnya yaitu “ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso dan Tut Wuri Handayani”. Disamping itu lembaga pendidikan dipesantern lebih menekankan upaya memendirikan para santri sebagai manusia yang beragama, berpribadi, bersosial, dan berbudaya.
Dekade 40-an : perjuangan
            Dekani ini rakyat Indonesia memproklamasikan Kemerdekaan Indonesia 17 Agustus 1945. Dengan modal kemerdekaan bangsa Indonesia menunjukan bangsa yang mandiri meskiun bangsa Indonesia masih berjuang keras untuk eksistensi dirinya. Dalam dekade ini lebih memperjuangkan kemerdekaan melalui pendidikan. Setelah itu pendidikan mulai di tata Mentri PPK yaitu K.H Dewatara. Masalah kebodohan dan keterbelakangan merupakan masalah yang besar tetapi yang lebih mendalam adalah mendidik bangsa Indonesia agar memahami dirinya sendiri sebagai bangasa yang merdeka.
Dekade 50-an : Perjuangan
            Menjelang dekade 50-an pengakuan kedaulatan terhadap Indonesia tercapai. Akan tetapi bengsa Indonesia masih harus menghadapi tantangan yang amat besar terutama dalam bidang pendidikan yaitu bagimana memecahkan masalah kebodohan dan keterbelakangan rakyat Indonesia. Tahun 1950 keluar perubahan kurikulum yang pertama ( rencana pembelajaran ) sebagai penyempurnaan dari rencana pembelajaran thun1946 dan 1947, tahun 1952 keluar UU Pokok Pendidikan (No 4/50) dan No 12/1956 tahun 1951 tentang Pengelolaan SD oleh Departemen Dalam Negri. Upaya untuk membantu siswa supaya berprestasi lebih banyak dilakukan oleh para guru dikelas atau diluar. Banyak orang tua yang enggan menyekolahkan anaknya dan banyak pula anak yang putus sekolah dikarenakan kehidupan social ekonomi yang dipengaruhi oleh kehidupan kolonial. Pendekatan bimbingan sangat diperlukan untuk menghadapi tantangan ini.


Dekade 60-an : Perintisan
Memasuki dekade 60-an situasi politik kurang begitu menguntungkan. Pemberontakan G30S / PKI tahun 1965. Akan tetapi lahir pula orde baru tahun 1966 yang meluruskan dan menegakkan kea rah terwujudnya suatu sistem pendidikan nasional.
            Beberapa peristiwa penting dalam bidang pendidikan diantaranya :
Ø  Ketetapan MPRS tahun 1966 tentang Dasar Pendidikan Nasional
Ø  Layanan kurikulum 1968
Ø  Lahirnya jurusan Bimbingan dan Konseling di IKIP tahun1963
Keadaan diatas memberikan tantangan bagi keperluan layanan Bimbingan dan Konseling di sekolah sebagai salah satu kelengkapan sistem.
Beberapa upaya perintisan yang telah dilakukan antara lain :
Ø  Anjuran untuk sekolah – sekolah melaksanakan Bimbingan dan Konseling
Ø  Dibuanya jurusan Bimbingan dan Konseing pada beberapa IKIP
Ø  Gerakan memasyarakatkan perlunya Bimbingan dan Konseling di Sekolah
Ø  Publikasi kepustakaan yang berkaitan dengan Bimbingan dan Konseling
Dekade 70-an : Penataan
            Dalam dekade ini bimbingan diupayakan aktualisasinya melalui penataan legalitas sistem, konsep dan pelaksanaannya. Pembangunan diarahkan kepada pemecahan masalah utama pendidikan yaitu (1) pemerataan kesempatan belajar, (2) mutu, (3) relevansi, dan (4) efisiensi.
            Dalam dekade ini banyak dilaksanakan sebagai inovasi pendidikan seperti :
Ø  Proyek Printis Sekolah Pembangunan (PPSP) pada IKIP Indonesia
Ø  Kelahiran kurikulum 1975 yang dipandang lebih relevan disbanding kurikulum 1968
Ø  Peningkatan mutu guru
Ø  Pengembangan buku teks
Ø  Pengembangan sistem seleksi ke perguruan tinggi
Keadaaan diatas memberikan tantangan dan peluang untuk upaya penataan bimbingan baik dalam aspek konseptual maupun operasional, beberapa upaya kegiatan penataan bimbingan selama dekade ini antara lain :
Ø  Pemantapan layanan bimbingan dan konseling di sekolah berdasarkan kurikulum 1975
Ø  Kegiatan penataan bagi berbagai pihak yang terlibat dengan bimbingan dan konseling mulai dari tingkat nasional sampai daerah
Ø  Pemantapan kurikulum jurusan bimbingan dan konseling pada LPTK
Ø  Mulai dibuka program Pasca Sarjana untuk bimbingan dan konseling di IKIP Bandung tahun 1977
Kegiatan di atas dapat di katakan sebagai upaya secara konseptual maupun secara operasional
Dekade 80-an : Pemantapan
            Dekade 80-an ini di upayakan agar mantap. Pemantapan di upayakan pada perwujudan bimbingan yang professional. Dalam dekade 80-an yang telah memasuki repelita III, IV, dan V. repelita pada dekade ini lebih menekankan dihasilkannya manusia pembangunan yang lebih mandiri yang peka perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta pertumbuhan bangsa.
            Beberapa upaya peningkatan dalam pendidikan antara lain :
Ø  Penyempurnaan kurikulum ( dari kurikulum 1975 ke kurikulum 1984 )
Ø  Penyempurnaan seleksi mahasiswa baru
Ø  Profesionalitas tenag pendidikan dalam berbagai tingat dan jenis
Ø  Penataan perguruan tinggi baik swasta maupun negri
Ø  Pelaksanaan wajib belajar
Ø  Pembukaan Universitas Terbuka sebagai sarana perluasan sarana belajar
Ø  Lahirnya Undang Undang Pendidikan Nasional (UUPN)
Dalan dekade ini bimbingan perlu dimantapkan secara professional dan proposional
Beberapa upaya yang dilaksanakan antara lain :
Ø  Upaya penerangan bimbingan terpadu dalam pegnelola dan layanan
Ø  Penekanan bimbingan karir dalam keseluruhan layanan bimbingan baik di sekolah maupun di luar sekolah
Ø  Penyempurnaan sistem penataran para petugas lapangan
Ø  Penyempurnaan kurikulum jiwa bimbingan dan konseling yang telah mengaruh kepada pencapaian kompetensi professional
Ø  Penataan dan peningkatan Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI)
Ø  Penyelenggaraan seminar dan lokakarya yang lebih professional baik tingkat nasional maupun internasional
Maka dalam dekade 80-an dan selanjutnya bimbingan dan konseling akan semakain mantap posisinya dalam bidang pendidikan.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar